Welcome To My Imagination: Review Novel: Unsur Islam Di Novel NIBIRU

Review Novel: Unsur Islam Di Novel NIBIRU



Saya menulis sebuah review novel. Novel yang kali ini akan saya bedah adalah novel yang diperkirakan akan menjadi ‘Novel Aksi Atlantis Pertama dan yang Pernah Ada di Indonesia’. Berlebihan tidak sih saya beri julukan seperti itu? Tidak lah ya. Cukup bagus malah. Tapi entah bagi penulisnya dan bagi para pengkritik sastra. :D Sebenarnya saya sudah membaca novel ini sejak dua minggu ia terbit di Desember 2010. Hanya saja saya baru sempat dan tidak malas menuliskannya sekarang.
Nibiru dan Kesatria Atlantis berkisah tentang sebuah pulau yang tersembunyi dari pandangan kebanyakan penduduk bumi. Pulau tersebut bernama Kedhalu. Pulau Kedhalu terlindungi oleh selubung gaib yang membuatnya menjadi tersembunyi dari penglihatan penduduk bumi yang berada di luar pulau tersebut. Tidak ada orang luar Kedhalu yang memasuki pulau dan begitu juga sebaliknya, tidak ada penduduk Kedhalu yang bisa keluar dari pulau, kecuali pada saat selubung gaib sedang menipis.
Dhaca dan tiga orang temannya, Sothap, Nyithal dan Muwu adalah gerombolan 4 Keparat Kecil yang terkenal sering membuat keributan di seantero Kedhalu. Tapi semuanya berubah ketika ada berita akan datangnya Nibiru setelah lama tidak muncul. Nibiru dikabarkan adalah salah satu Raja Dunia yang berbahaya dan dapat membahayakan dunia. Sementara Dhaca dan tiga temannya pun ikut bersiap menghadapi kedatangan Nibiru. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?
Nibiru rencananya akan dijadikan novel pentalogi oleh penulisnya. Novel seperti ini menambah koleksi bacaan yang baik bagi masyarakat Indonesia, khususnya kalangan anak-anak. So, Bloggers, sampai saat ini ada komentar? Mungkin bagi yang sudah membacanya ingin berbagi.
Namun kali ini saya tidak akan membahas cerita ataupun sinopsis Nibiru ini melainkan saya akan membahas unsur-unsur Islam di novel ini.
Membuka halaman pertama setelah daftar isi, kita disuguhi sebuah prasasti berbahasa Kedhalu yang susah sekali melafalkannya. Namun tulisan di prasasti itu adalah kunci bagi Anda untuk lebih memahami Bahasa Kedhalu yang akan banyak Anda temui di halaman-halaman berikutnya. Prasasti itu adalah kodefikasi Bahasa Kedhalu ke dalam Bahasa Indonesia. Cukup cerdik rupanya penulis yang satu ini. Sebuah kunci bahasa yang ditata dalam sebuah cerita. Mungkin, prasasti ini adalah rangkuman dari pentalogi yang dijanjikan itu. Tulisan pada prasasti itu adalah sebagai berikut:

Sedhletkuth nyidwa nyapidh. Bhesugany kedharakay thedwemal pe ngabhadh manyuth. Dhnyabhinya sebhadh thedhnyudpak. Kedhabhanyay jiytha thap thedhpathapay. Nyapidh bhesugany kedhcamayay nyapay leycangi nyagam keyjadhinyay thedhalath paycad.
Dhaca Suli leyumibh ngi nyadhi thedhnyaidh sawi kedunyaba seyunya sebhadh Atlantis

Di bawah prasasti Bahasa Kedhalu itu, Tasaro menuliskan terjemahanya dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut:
Bertempur hingga akhir. Sebuah peradaban tenggelam ke dasar laut. Rahasia besar terungkap.Perasaan cinta tak terkatakan. Akhir sebuah perjalanan akan menjadi awal pencarian teramat panjang.
Dhaca Suli menulis di hari akhir bagi penguasa benua besar, Atlantis.

Mari kita cermati kata per kata dan artinya. Kejelian akan mengantarkan Anda pada pemahaman bahwa Bahasa Kedhalu adalah Bahasa Indonesia juga. Hanya Tasaro menukar-tukar konsonannya saja. Tentang hal ini, Anda bisa mengunjungi

Di balik cerita aksi fantasi yang dibalut dalam kisah pulau Kedhalu dengan kekhawatiran penduduknya akan kedatangan Nibiru yang dipercaya membawa kehancuran, kisah Atlantis, kisah pengorbanan demi tanah air, kisah cinta bertepuk sebelah tangan, dll., penulis dengan jeli memasukkan unsur-unsur Islam di dalamnya. Anda bisa membaca mulai halaman 80. Penulis menggambarkan makna pedhib (Bhs. Indonesia = keris) yang memiliki enam mata perak pada setiap lekukannya. Simak bagaimana ayah Dhaca, Wamap Suli menjelaskan makna masing-masing lekukan senjata itu.

“Lekukan pertama di ujungnya, … melambangkan keyakinanmu terhadap Sang Nyammany, Tuan segala ciptaan.”
Dalam Kamus Bahasa Kedhalu, insya-Allah akan saya tulis di lain tempat, Nyammany mengandung makna Tuhan pencipta alam semesta yang mahasempurna; Tuhan Yang Maha Esa yg disembah oleh orang yg beriman.
Makna lekukan pertama adalah rukun iman yang pertama, percaya kepada Allah.
“Lekukan kedua melambangkan keyakinanmu terhadap ilmu-ilmu Sang Nyammany yang pernah turun ke bumi.”
Ini adalah rukun iman yang kedua, percaya kepada kitab-kitab Allah.
“Lekukan ketiga … melambangkan keyakinanmu terhadap para Penjaga …Makhluk yang tercipta dari cahaya. Mereka patuh kepada Sang Nyammany. Mengatur dan menjaga alam semesta sesuai perintah Sang Nyammany.”
Ini adalah rukun iman yang ketiga, percaya kepada malaikat-malaikat Allah.
“Lekukan keempat melambangkan keyakinanmu terhadap para Pembawa Pesan.”
Ini adalah rukun iman yang keempat, percaya kepada para Nabi dan Rasul.
“Lekukan kelima … melambangkan keyakinanmu terhadap datangnya Hari Keadilan.”
Ini adalah rukun iman yang kelima, percaya kepada Hari Akhir.
“Lekukan keenam berarti keyakinanmu terjadap jejaring Sang Nyammany…. Setiap yang terjadi pada diri manusia dan segala di alam semesta hanyalah mengikuti jejaring Sang Nyammany… Kita hanya melakoninya.”
Ini adalah rukun iman yang terakhir, percaya kepada takdir Allah.

Unsur Islam kembai ditulis oleh Tasaro di halaman 318 s.d. 319 di mana dia menggambarkan Kuil Suci. “Para pendeta laki-laki yang telah memiliki kemampuan untuk memiliki murid disebut nyubhtharSedangkan, pendeta perempuan dipanggilnyubhtharcany. Masing-masing memiliki murid dari kaumnya sendiri-sendiri. Nyubhtharhanya membimbing murid-murid laki-laki dan nyubhtharcany mengajar murid-murid perempuan. Tempat tinggal dan kelas mereka pun dipisah.”
 Kamus Bahasa Kedhalu mendefinisikan nyubhtar sebagai guru agama atau guru besar (laki-laki). Bahasa Indonesia menyebutnya Ustaz. Sedangkan, nyubhtharcany didefinisikan sebagai ustaz wanita, ustazah. Digambarkan bahwa nyubhthar hanya membimbing murid laki-laki dan nyubhtharcany yang hanya membimbing murid-murid perempuan. Ini adalah tradisi pesantren. Demikian juga dengan pemisahan asrama dan kelas. Tak salah lagi, tradisi dalam kuil suci yang diceritakan Tasaro adalah tradisi pondok pesantren.

Anda akan semakin setuju dengan saya ketika membaca ucapan salam para penghuni kuil itu, nyabhamalunyamanyipul. Nyabhamalunyamanyipul adalah salam yang diucapkan seseorang kepada orang lain pada saat bertemu atau pada awal dan akhir pidato yang mengandung doa keselamatan (kesejahteraan, kedamaian). Nyabhamalunyamanyipulsendiri artinya adalah keselamatan (kesejahteraan, kedamaian) untukmu. Lihat kembali bagaimana balasan yang menerima salam, ganyamanyipulbhamal, artinya dan semoga kedamaian menyertai Anda juga. Bukankah kita diperintahkan untuk selalu menebar salam saat bertemu sesama saudara muslim? Lagi-lagi, unsur Islam disusupkan Tasaro dengan cara yang sangat cerdik.

Anda sepakat dengan saya?
Yang sedang merindukan Nibiru dan 7 Kota Suci


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © Welcome To My Imagination Urang-kurai